Selasa, 21 Oktober 2008

Tewas Ditusuk di PN Pusat

Pengamanan PN lemah, Pengunjung Sidang Tewas Tertusuk

Jakarta - Seorang pengunjung tewas dan seorang lainnya mengalami luka-luka dalam bentrokan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (21/10) sore, usai persidangan kasus pembunuhan Manager Hotel Klasik. .

Humas PN Jakarta Pusat Sugeng Riyono yang dihubungi SH pagi ini mengatakan insiden berdarah yang terjadi di Pengadilan Jakarta Pusat kemarin sore tak akan mengganggu aktifitas persidangan hari ini ataupun hari-hari berikutnya. Tak ada police line yang terpasang seperti olah TKP yang kerap dilakukan petugas kepolisian saat menangani kasus pembunuhan. Menurutnya, hal tersebut telah dikoordinasikan dengan pihak Polres Jakarta Pusat. “Persidangan selanjutnya tetap akan berjalan. Ruangan persidangan juga bisa digunakan kembali. Tak ada police line karena keterbatasan ruangan yang akan digunakan untuk persidangan,” ujarnya.

Disinggung mengenai lemahnya pengamanan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Sugeng membantahnya. “Sebenarnya pengamanan sudah bagus. Petugas yang berjaga sesuai dengan tingkat kerawanan dan keramaian sidang. Kemarin waktu demo sidang FPI pun polisi yang berjaga juga banyak. Cuma ini kan sidangnya umum dan berlangsung malam. Polisi yang ditugaskan hanya satu, lainnya Satpam. Kejadiannya juga cepat,” jelasnya. “Peristiwa itu juga terjadi setelah persidangan selesai,” tambahnya. Ditanya perihal motif dibalik penusukan tersebut, dirinya menerangkan hal itu adalah kewenangan kepolisian selaku penyidik. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpunnya, kedua korban berasal dari pihak Didik Pontoh yang tewas terbunuh

Meski demikian, Sugeng mengakui kericuhan yang berbuntut kematian seorang pengunjung sidang itu akan menjadi catatan baginya guna memperkuat sistem pengamanan di PN Jakarta Pusat. Berdasarkan pantauan SH, di pintu pengadilan negeri di Jakarta memang tersedia metal detector guna mengantisipasi adanya senjata tajam ataupun senjata api yang dibawa masuk ke dalam ruang pengadilan. Meski demikian, kondisi itu tak sama dengan pintu samping yang terlihat lenggang tanpa pengamanan ataupun metal detector. Menanggapi hal tersebut, Sugeng mengungkapkan pihaknya kesulitan untuk menyaring para pengunjung yang datang ke lokasi persidangan. “Jumlah pengunjung yang datang kan banyak. Kita sulit untuk memeriksa satu-persatu. Kejadian ini merupakan pelajaran buat kita. Kami akan membahas masalah pengamanan secara lebih lanjut,” imbuhnya.

Kerusuhan berdarah di ruang 306 tersebut terjadi sekitar pukul 18.15 WIB, usai persidangan ketujuh kasus pembunuhan empat bulan lalu dengan korban manajer Diskotik Klasik, Didi Pontoh dan terdakwa James Venturi. Sidang itu sendiri beragendakan mendengarkan keterangan saksi. Keributan yang berlangsung mendadak tersebut tak mampu dilerai oleh seorang petugas kepolisian dan dua sekurity yang berjaga-jaga di lokasi. Bentrokan berlanjut ke luar ruang sidang. Hingga akhirnya seorang simpatisan almarhum Didik Pontoh, yaitu Stanley Mukuah (26) akhirnya menghembuskan nafas terakhir di tangga gedung Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena luka tusukan di tubuhnya. Sementara seorang lainnya yang diketahui bernama Boy Warukoh (29), terluka parah akibat hantaman benda tumpul di tubuhnya. Sementara terdakwa berhasil diamankan petugas kepolisian yang berada di lokasi.

Petugas Polres Jakarta Pusat dipimpin Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Ike Edwin yang mendapat laporan tersebut kemudian melakukan olah TKP. Selain menyita berbagai barang bukti diantaranya, sebuah tiang bendera yang turut digunakan sebagai senjata dalam huru-hara tersebut. Polisi juga menyelidiki identitas pelaku melalui Camera Closed Television (CCTV). Sementara jenazah Stanley dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk divisum. Sedangkan Boy dilarikan ke rumah sakit yang sama untuk mendapat perawatan. Hingga tadi malam, pihak keluarga Stanley yang ditemui wartawan tak mau memberikan keterangan seputar kejadian tersebut. Hari ini jenazah Stanley akan dibawa pihak keluarga ke Kampung Halamannya di Manado.

Pasca kejadian tersebut, pihak Polres Jakarta Pusat telah memintai keterangan terhadap sembilan orang, termasuk seorang Jaksa, seputar insiden maut itu. Meski telah mengidentifikasikan pelaku penusukan, namun polisi belum menetapkan seorang pun sebagai tersangka. Di lokasi kejadian, informasi, pelaku penusukan berhasil melarikan diri menggunakan motor. (Bachtiar)


Tidak ada komentar: