Senin, 22 September 2008

Kisah Dibalik Mudik

Fenomena dan Problematika Mudik

Hampir bisa dipastikan jumlah pemudik setiap tahunnya selalu meningkat seiring bertambahnya populasi manusia khususnya di kota besar seperti Jakarta. Sejalan dengan perkembangan tersebut, muncul pula sebuah permasalahan-permasalahan serius di balik aktifitas mudik.

Jakarta - Semakin sulitnya perekonomian membuat masyarakat berpikir ulang agar dapat kembali pulang ke kampung halamannya dan bertemu kembali dengan keluarga serta sanak saudara yang lama ditinggalkan. Harga tiket pesawat, kapal laut, kereta, ataupun bus yang semakin lama terus melonjak, terlebih dengan meroketnya harga bahan bakar minyak, tak urung membuat masyarakat mencari alternatif lain. Menggunakan kendaraan pribadi misalnya.

Berbicara kenyamanan, kendaraan roda empat mungkin terbilang cukup menjanjikan. Tak ada hujan ataupun panas yang dirasa. Namun bukan berarti kenikmatan itu tak menemui kendala. Jumlah kendaraan roda empat yang meningkat tajam akhirnya membuat kemacetan di berbagai jalur mudik baik yang melalui rute di bagian barat Jakarta yang mengarah ke Pulau Sumatera ataupun jalur Timur Jakarta sebagai gerbang menuju Jawa Tengah ataupun Jawa Timur. Harga bahan bakar pun kian waktu semakin melonjak naik tanpa pernah sedikitpun menatap ke bawah. Kenyataan itu membuat masyarakat mulai mencoba solusi lain dengan rutinitas pulang kampung di Hari Raya menggunakan kendaraan pribadi. Motor contohnya. Harga murah dan bersaing dari produsen motor ditambah terbuktinya penggunaan bahan bakar yang jauh lebih irit membuat masyarakat sedikit banyak bisa bernafas lega. Terutama bagi mereka yang hidup sederhana ataupun di bawah garis hidup standar.

Untuk menghilangkan kebosanan dan demi keamanan di tengah perjalanan khususnya dari para pelaku kriminalitas, membuat para pemudik memilih berkelompok. Sejumlah perusahaan-perusahaan besar pun berlomba memberikan fasilitas mudik bersama secara besar-besaran. Tentu saja hal itu disambut senang masyarakat. Selesaikah permasalahan itu? Tidak juga….

Kesengsaraan Anak dan Tingginya Kecelakaan

Selama beberapa tahun terakhir kita kerap disuguhkan berbagai berita ataupun cerita miris di balik kondisi arus mudik jelang lebaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, angka kecelakaan terbilang cukup tinggi, khususnya saat jelang lebaran. Di tahun 2005 tercatat terjadi 59 kasus kecelakaan di wilayah hukum Polda Metro Jaya selama H – 7 hingga H + 8 Idul Fitri, atau biasa dikenal titik puncak arus mudik dan arus balik. Dari puluhan kasus itu, membuat 26 jiwa melayang, sementara 23 lainnya mengalami luka berat dan 33 lainnya luka ringan. Tahun 2006 angka kecelakaan meningkat tajam hingga 119 kasus dengan korban tewas 27 orang, 72 luka berat dan 99 orang luka ringan. Sedangkan di tahun berikutnya, kecelakaan yang terjadi berjumlah 97 kasus dengan korban tewas 22 orang, luka berat 25 orang dan 65 lainnya luka ringan.

Selain tingginya tingkat kecelakaan, masih ada pula kisah miris di balik kebahagiaan mudik. Perlakuan yang diterima anak-anak misalnya. Berdalih atas dasar kemampuan ekonomi dan keinginan orangtuanya, membuat mereka terpaksa mengalami kesengsaraan bepergian jauh. Tahun kemarin khalayak bahkan dibuat gempar dengan tewasnya seorang balita saat keluarganya memutuskan untuk pulang kampung dengan hajatan mudik bareng bersama salah satu perusahaan besar. Ironisnya, si ibu yang terus memeluk erat buah hatinya tak menyadari kapan tepatnya balita malang itu menghembuskan nafas terakhirnya. Awalnya sang bunda hanya menyangka bahwa anaknya tengah tertidur lelap di balik balutan jaket yang membungkusnya. Namun setelah sekian lama si mungil tak jua bergerak, dirinya akhirnya histeris. Diduga sang balita meninggal dunia akibat tak kuat menahan rasa panas. “Anak-anak sering mendapat kesengsaraan akibat aktifitas mudik menggunakan roda dua. Terkadang orangtua lupa bahwa anak mereka adalah harta paling berharga hingga dikorbankan. Siapa yang bisa menduga bahwa sang anak kelak akan menjadi pemimpin bangsa atau orang penting lainnya?” tukas Komisaris Besar Polisi Chondro Kirono saat pemaparan persiapan pengamanan mudik 2008, Senin (22/09) sore,

Dalam kesempatan yang sama Chondro mengatakan tahun ini terjadi peningkatan kesadaran dalam mudik bareng. Sejumlah perusahaan besar yang semula mengendapankan mudik bareng menggunakan motor secara beramai-ramai saat ini banyak yang telah menyediakan bus-bus dalam jumlah yang memadai untuk orangtua, kaum wanita ataupun anak-anak. Ditambahkannya, tahun ini jumlah pemudik yang berangkat dari wilayah hukum Polda Metro Jaya diperkirakan mencapai 2,5 juta orang atau menggelembung 15% dari tahun sebelumnya. Bagi para pemudik yang tetap memaksa untuk mengendarai kendaraan roda duanya, Chondro mengingatkan agar tak mengabaikan keselamatan diantaranya dengan menggunakan helm standar, tidak mengendarai motor lebih dari dua orang, tidak membawa beban berlebih ataupun melawan arus serta mematuhi peraturan lalu lintas.

Polda Metro Jaya Perketat Pengamanan

Guna mengamankan dan mencegah terjadinya hal yang tak diinginkan seperti diantaranya kecelakaan, Polda Metro Jaya menyiapkan dua Posko Peduli Kemanusiaan dan Keselamatan atau check point di simpul-simpul pintu ke luar Jakarta, yaitu di Bekasi dan Tangerang. "Check point sebagai upaya melakukan pengarahan, kontrol, konseling, dan penegakan hukum terhadap pemudik sepeda motor," katanya. Menurut Chondro, setiap lokasi check point terdiri dari dua pos, yaitu pos penyuluhan dan penilangan terhadap pengendara yang tak mematuhi aturan. Meski demikian, menurutnya polisi akan mengedepankan usaha persuasif diantaranya dengan meminta pengendara motor khususnya yang membawa anak-anak agar lebih berpikir menggunakan angkutan publik. "Sepeda motor tidak didesign untuk jarak jauh. Resiko mudik pengendara sepeda motor, lanjutnya, lebih besar dibanding pengendara mobil,” jelasnya.

Polda Metro Jaya juga telah berkoordinasi dan melakukan pengecekan ke sejumlah stasiun dan terminal. "PT Kereta Api sudah kami minta untuk menyediakan sarana transportasi sebanyak-banyaknya untuk menampung pemudik. Demikian pula dengan Dinas Perhubungan juga sudah diminta agar menyediakan sarana transportasi yang mencukupi,” lanjutnya. Sebanyak 18 ribu personil kepolisian atau dua per tiga dari kekuatan Polda Metro Jaya juga ditempatkan di sejumlah titik rawan guna mengantisipasi tindak criminal dan terjadinya kecelakaan. Dari jumlah tersebut, 3.500 diantaranya merupakan petugas lalu lintas yang mengatur lancarnya perjalanan arus mudik. Sementara untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penyusupan kendaraan curian melalui aktifitas mudik, Chondro menjawab pihak kepolisian gencar melakukan razia melalui operasi ketupat. Selain itu para penyelenggara mudik bareng juga diminta mewaspadai para peserta yang mengikuiti kegiatan mereka. “Peserta mudik bareng harus dilengkapi KTP dan kendaraan laik pakai yang sesuai dengan surat-surat kendaraan bermotornya. (Bachtiar)

Tidak ada komentar: