Jumat, 12 September 2008

Tulisan Balap Liar

Selain Penindakan, Peran Orangtua Lebih Penting

Jakarta - Untuk menangani permasalahan balapan liar tak bisa hanya dilakukan oleh pihak kepolisian. Polisi memang mempunyai kewenangan untuk memberi tindakan kepada para pelaku balap liar agar jera. Namun peran orang tua dinilainya lebih penting. “Peran orang tua sangat penting untuk mengawasi anaknya agar tak terlibat balap liar, misalnya dengan memantau keberadaan sang anak saat malam hari setelah teraweh ataupun jelang dan setelah sahur,” kata Kordinator Traffic Management cantre (TMC) Polda Metro Jaya, Kompol Sambodo dalam wawancara melalui telepon, Sabtu (13/09) siang.

Lelaki berkaca mata lulusan Akpol ini mengatakan hingga Jumat (12/09) malam, pihak kepolisian terus melakukan penindakan tegas terhadap pelaku balapan liar. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, pihaknya terus melakukan operasi secara gencar di titik-titik rawan balapan liar seperti Kawasan Kemayoran dan Karet Tengsin, tanah Abang, Jakarta Pusat, Jalan Panjang dan Jalan Baru di samping Tol Kebon Jeruk, kawasan Kembangan Jakarta Barat, Fly Over Pasar Rebo Jakarta Timur dan Jalan Lenteng Agung serta Margonda Jakarta Selatan. “Operasi pengebutan terus kami lakukan sejak tanggal 30 Agustus lalu di lokasi rawan pengebutan. Sampai hari ini sudah 1543 kendaraan yang kami tilang dengan barang bukti surat-surat kendaraan. 78 kendaraan juga kami sita karena tak memiliki kelengkapan surat,” ujar Sambodo. “Rata-rata 120-130 kendaraan yang kami tinak perhari,” jelasnya lagi.

Sediakan Fasilitas Balap yang Terorganisir

Salah satu solusi lain yang mungkin bisa menjadi alternatif dalam menangani balap liar menurutnya adalah penyediaan sarana. “Di Jakarta ini pemerintah bersama produsen kendaraan seperti Honda ataupun Yamaha contohnya bisa menyediakan lokasi balap yang aman. Kegiatan balapan aman yang terarah ini bisa menyalurkan hobi para generasi muda yang gemar memacu adrenalin secara positif bahkan dapat dijadikan ajang pencarian bibit pembalap,” terang Sambodo.

Sosialisasi terhadap klub-klub motor juga merupakan salah satu cara lain untuk menekan kebiasaan balap liar. Di bebarapa lokasi, Taman Mini Indonesia Indah contohnya, kerap kita saksikan atraksi kepiawaian menunggangi motor. Bukan dengan memacu gas kendaraan roda duanya dengan sekencang-kencangnya. Melainkan dengan pertunjukan berbagai kealhian gaya bebas dan unik (free style). Kegiatan ini tentunya lebih positif dibandingkan ajang balap liar yang telah banyak memakan korban jiwa.

Masih ada pula ide gila lain yang mungkin menjadi pemecah masalah balapan liar yaitu pembatasan kecepan kendaraan. “Produsen mengeluarkan produk kendaraannya dimana mesin yang terpasang hanya dirancang untuk batas kecepatan tertentu. Dengan demikian pemakai kendaraan tak akan mampu mengeksplor laju kendaraannya dengan kebut-kebutan. Tapi itu baru sekedar ide yang mungkin bisa mulai dipikirkan pemerintah,” sahut Sambodo mengakhiri pembicaraan. (Bachtiar)

Tidak ada komentar: