Pola Pikir Pembunuh yang Berkembang
Angka kriminalitas khususnya pembunuhan di tahun 2008 ini mengalami peningkatan yang sangat drastis dibanding tahun sebelumnya. Tak hanya pembunuhan biasa, beberapa kasus besar bahkan mengindikasi pola pikir pelaku kejahatan yang mengalami perkembangan. Mereka tak segan menghilangkan identitas korbannya dengan berharap aparat kepolisian kesulitan mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan.
Jakarta – Dihubungi melalui telepon genggamnya kemarin sore, Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jendral Polisi (Irjen Pol) Abubakar Natprawira tak menyangkal adanya peningkatan angka kriminalitas khususnya kasus pembunuhan. “Memang ada peningkatan baik dari kuantitas maupun kualitas kasus pembunuhan disbanding tahun sebelumnya,” kata jendral berbintang dua ini.
Senada dengan Abubakar, Kriminolog UI, Adrianus Meilala dalam wawancara melalui telepon, mengungkapkan kenaikan angka kriminalitas pada tahun 2008 ini berkisar hingga 50 %. Menurutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan sepanjang tahun 2007, angka kematian tidak wajar yang terjadi di Indonesia mencapai 2200 orang. Sementara di tahun 2008, hingga Agustus angka kasus kematian tidak wajar yang terjadi telah mencapai jumlah keseluruhan di tahun 2007. “Tahun lalu berkisar antara 70-80 jam/kasus. Sementara tahun ini menjadi 35 jam/kasus. Jadi setiap satu setengah hari ditemukan orang yang meninggal tidak wajar, termasuk yang menjadi korban pembunuhan," terang Adrianus.
Selain dalam hal kuantitas dari kasus pembunuhan itu, dari segi kualitas pun kasus pembunuhan yang terjadi turut mengalami kemajuan, setidaknya dalam hal mencoba menghilangkan jejak atau identitas korbannya. Beberapa cara yang dilakukan pelaku dalam menutupi aksinya diantaranya dengan cara memutilasi, merusak wajah korban, membakar hingga membuangnya ke kali setelah disembunyikan di dalam koper.
Mutilasi Heri Santoso (40) yang dilakukan oleh Very Idham Henyaksyah alias Ryan di Apartemen Margonda Residence, Jumat (11/7) malam lalu mungkin adalah kasus terbesar tahun ini. Selain terlibat kasus mutilasi, belakangan kepolisian berhasil mengungkap kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan. Tak tanggung-tanggung, sejak tahun 2006 lalu Ryan ternyata telah melakukan pembunuhan setidaknya terhadap 10 korban yang dikubur di belakang rumahnya di Jombang, Jawa Timur. Disinyalir sebagian besar korbannya menderita penyimpangan seksual yang sama dengannya. Pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan sendiri merupakan kasus terbesar sepanjang 10 tahun terakhir setelah Ahmad Suraji alias Dukun AS yang membunuh 42 wanita di Medan pada tahun 1997. kasus Ryan yang juga mengalami kelainan seksual karena menyukai sesama jenis ini juga membuat kaum homoseksual kembali menjadi sorotan publik.
Selain mutilasi dan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan, kasus lain yang melibatkan homoseksual yaitu kematian Hari Parwanto Suprapto (49), karyawan Bank Mandiri yang ditemukan tewas Rabu (30/7) pagi, dengan 34 luka tusukan di Apartemen Taman Rasuna Tower IX Lantai 11 kamar 11 G Setiabudi, Jakarta Selatan. Pelaku pembunuhan yang bernama Burhan alias Jose alias Han-han, (25), model asal Palembang, Sumatera Selatan yang tak lain adalah teman kencan sesama jenis korban. Sama seperti Ryan, dalam melakukan aksinya, untuk menghilangkan jejaknya Burhan mencoba merusak wajah korbannya sehingga sulit dikenali.
Kasus-kasus besar lain yang terjadi sepanjang tahun 2008 diantaranya adalah pembunuhan Ronald Alimun (60) dan Sri Magdalena (45), pasangan suami istri yang menetap di Kompleks Cipta Graha, Blok C No 6, Kelurahan Sukaraja, Cicendo, Bandung, Minggu (31/08) dini hari. Pelaku yang tak lain adalah Firman, pembantu kedua korban bahkan dengan sadis memutilasi Sri Magdalena menjadi empat bagian. Tak hanya itu, pelaku juga dengan tega merebus kepala korban yang telah terputus dengan sebuah panci selama beberapa belas menit. Bahkan di tengah-tengah aktifitas brutalisme itu, pelaku dengan santai mampu melayani beberapa pembeli yang datang ke warung milik korban.
Ada pula penemuan jenazah Bambang Sapto yang disembunyikan di dalam koper dan ditenggelamkan di danau Sunter pertengahan Juli lalu. Salah seorang dari tiga pelaku bahkan merupakan keturunan warga Negara asing yang tak lain adalah pesaing bisnisnya. Kejahatan di lingkungan anak jalanan juga mengalami peningkatan di tahun ini. Jika sebelumnya kita hanya sering mendengar pencopetan, penjambretan di jalanan, namun akhir-akhir ini tak jarang pula ditemukan beberapa kasus pembunuhan yang melibatkan sesama anak jalanan. Dalam satu kasus di kolong Fly Over Pejompongan, Slipi, Jekarta Pusat, Selasa (02/09) dini hari setidaknya memberi gambaran kemajuan pola pikir mereka dalam melakukan aksi kriminalitas. Entah karena mengikuti contoh dari kejadian sebelumnya atau memang hanya kepanikan sesaat, namun tiga pengamen yang ditangkap petugas Polsek Tanah Abang terkait kasus itu diketahui mencoba menghilangkan identitas korban dengan cara membakar tubuh korbannya. Tindakan itu semata-mata dilakukan untuk membuat pihak kepolisian kesulitan menangani kasusnya.
Jangan Hanya Mengandalkan Polisi
Meningkatnya angka kriminalitas, khususnya pembunuhan menurut Adrianus tak lepas dari gejala sosial di masyarakat saat ini. Kesulitan ekonomi ditengarai menjadi salah satu penyebabnya. “Semua harga naik, masryarakat hidup di bawah tekanan sehingga mengakibatkan tingkat emosi menjadi tinggi,” jelas Kriminolog UI ini. Selain itu berbagai tayagan yang menampilkkan adegan kriminalitas juga turut menjadi faktor pendorong. Ditambahkannya, pemerintah seharusnya mulai mewaspadai tingginya angka kriminalitas ini. “Jika gejala ini masih terus terjadi dan meningkat hingga di tahun 2009, bisa mengartikan telah terjadi pergesaran sosial di masyarakat seperti nilai dan norma,” imbuhnya.
Disinggung mengenai solusi untuk menurunkan permasalahan tersebut, Adrianus menjawab masyarakat seharusnya tak hanya mengandalkan aparat kepolisian. “Polisi umumnya hanya mengawasi tempat-tempat umum yang dinilai rawan terjadi kejahatan seperti terminal, pasar dan jalanan. Sementara banyak kasus pembunuhan yang justru terjadi di luar tempat umum seperti di rumah,” tukas Adrianus. “Masyarakat seharusnya memberdayai dirinya sendiri untuk mencegah terjadinya kriminalitas tersebut. Jangan hanya mengandalkan polisi,” sahutnya seraya mengatakan peran polisi khususnya Binmas dan Intel agar lebih ditingkatkan. (Bachtiar)
Rabu, 03 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
abah, ini laporan kriminal yang terjadi di jagad kehidupanmu ya??
yah..
ini semua tentang kita
tentang dunia kita yang nyata
real
kejam
Posting Komentar